Rabu, 04 April 2012

EKONOMI PEMBANGUNAN II - PERTEMUAN II

EKONOMI PEMBANGUNAN II
Materi Pertemuan II
Oleh: Suprianto

Model Kontemporer Pembangunan
dan Keterbelakangan
(Lanjutan...)
 
Keterbelakangan sebagai Akibat Kegagalan Koordinasi
  • Teori pembangunan ekonomi baru yang berpengaruh pada dekade 1990-an dan pada tahun-tahun pertama abad 21 telah menekankan komplementaritas (complementarities) antarkondisi yang dibutuhkan untuk menyukseskan pembangunan.
  • Teori-teori ini sering mengemukakan bahwa beberapa hal harus berjalan dengan cukup baik, pada saat yang bersamaan, agar pembangunan yang berkelanjutan dapat berlangsung. 
  • Teori-teori ini juga menekankan bahwa dalam berbagai situasi yang penting, investasi harus dilaksanakan oleh banyak lembaga agar hasilnya bisa menguntungkan bagi setiap lembaga individu.
  • Umumnya, ketika terdapat komplementaritas, tindakan yang diambil oleh sebuah perusahaan, pekerja, atau organisasi akan meningkatkan insentif bagi lembaga/agen pembangunan yang lain untuk melakukan tindakan serupa. 
  • Pendekatan Kegagalan Koordinasi (coordination failures) telah berevolusi secara relatif independen dan menawarkan pandangan yang cukup signifikan dan berbeda.  
  • Sederhananya, kegagalan koordinasi adalah sebuah kondisi di mana ketidakmampuan berbagai lembaga (agents) untuk mengkoordinasikan perilaku/tindakannya (pilihannya) akan memberikan hasil (ekuilibrium) yang mengakibatkan semua lembaga tersebut berada dalam kondisi yang lebih buruk daripada situasi alternatifnya yang juga merupakan sebuah ekuilibrium.
  • Hal ini bisa terjadi meskipun semua lembaga tersebut mengetahui semua kondisi ekuilibrium alternatif yang lebih baik tadi: hanya saja mereka tidak dapat mencapainya karena sulitnya koordinasi, kadang-kadang karena setiap orang mempunyai harapan yang berbeda-beda, dan kadang-kadang karena orang merasa lebih baik menunggu orang lain bertindak lebih dulu.
  • Contoh komplementaritas yang penting adalah keberadaan berbagai perusahaan yang menggunakan keterampilan khusus dan ketersediaan para pekerja yang menguasai keterampilan tersebut.
  • Perusahaan tidak memasuki pasar atau berdiri di suatu daerah jika para pekerja tidak mempunyai keterampilan yang dibutuhkan, namun sebaliknya para pekerja pun tidak akan mempelajari keterampilan tersebut jika tidak ada perusahaan yang akan mempekerjakannya.
  • Masalah koordinasi ini dapat menyebabkan perekonomian tejebak dalam ekuilibrium yang buruk, yaitu pada tingkat pendapatan rata-rata yang rendah atau pada tingkat pertumbuhan yang rendah, atau juga dengan penduduk yang berada dalam kondisi yang sangat miskin.
  • Meskipun semua pelaku ekonomi akan berada pada kondisi yang lebih baik jika para pekerja mempunyai keterampilan dan perusahaan berinvestasi, sepertinya ekuilibrium yang lebih baik ini tidak akan mungkin dapat dicapai tanpa bantuan pemerintah.
  • Selanjutnya, masalah seperti itu diperumit oleh berbagai kegagalan pasar yang lain, khususnya yang mempengaruhi pasar modal.
 
Mengatasi Keterbelakangan
  • Dalam banyak hal, adanya komplementaritas menciptakan masalah klasik: mana yang lebih dulu (dalam hal ini, keterampilan atau permintaan terhadap keterampilan tersebut)?
  • Seringkali jawabannya adalah bahwa investasi-investasi komplementer tersebut harus muncul pada saat yang sama, melalui koordinasi. Hal ini benar khususnya ketika terdapat kesenjangan antara membuat suatu investasi dan memetik hasil dari investasi tersebut. Dalam kasus ini, meskipun semua pihak mengharapkan perubahan ke ekuilibrium yang lebih baik, mereka masih cenderung menunggu hingga pihak lain berinvestasi lebih dulu.
  • Oleh karena itu, kebijakan pemerintah berperan penting dalam mengoordinasikan investasi gabungan ini pemerintah harus bisa menjembatani para pekerja yang menginginkan keterampilan yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan dan perusahaan menginginkan peralatan yang dapat digunakan para pekerja untuk berkarya. Kedua belah pihak mungkin berada pada posisi (atau berinisiatif) untuk mengambil langkah pertama; masing-masing merasa lebih baik menunggu yang lain untuk berinvestasi lebih dulu.
 
Model Dorongan Besar 
  • Mungkin model kegagalan koordinasi yang paling terkenal dalam literatur ekonomi pembangunan adalah model “dorongan besar (big push)” yang dipelopori oleh Paul Rosenstein-Rodan.
  • Model dorongan besar adalah sebuah model yang menunjukkan bagaimana kegagalan pasar dapat menimbulkan kebutuhan akan perekonomian yang terencana dan juga kebutuhan akan berbagai upaya yang dicetuskan oleh kebijakan publik, agar proses pembangunan ekonomi yang panjang dapat berjalan atau dipercepat.
  • Dengan kata lain, masalah kegagalan koordinasi akan menghambat keberhasilan industrialisasi dan merupakan kendala bagi dorongan pembangunan.
 
Mengapa Masalah Kegagalan Koordinasi Tidak Dapat Dipecahkan oleh Seorang Wirausahawan Super?
  • Terdapat kemungkinan terjadi terjadi kegagaln pasar modal. Bagaimana mungkin sebuah lembaga mendapatkan seluruh modal yang dibutuhkan untuk berperan sebagai seorang wirausahawan super? Meskipun di atas kertas hal ini dimungkinkan secara logistik, bagaimana caranya meyakinkan para pemodal untuk berinvestasi ke dalam proyek tersebut? Khususnya, bagaimana caranya menerapkan penalti (hukuman) jika kredit macet?
  • Terdapat biaya dari pemantauan para manajer dan agen yang lain, dan juga terdapat biaya perancangan dan pelaksanaan rencana untuk memastikan supaya para pekerja mematuhi perintah majikannya; biaya-biaya ini sering disebut sebagai biaya kelembagaan (agency costs). Pemantauan dapat menjadi sangat mahal jika suatu perusahaan tumbuh menjadi sangat besar. Bahkan jika rencananya adalah untuk menjual industrinya, industri-industri ini harus dikembangkan secara bersamaan. Wirausahawan super tersebut kemungkinan besar lebih mengetahui perusahaan daripada calon pembeli. Dengan kata lain,  jika perusahaan tersebut sangat menguntungkan, mengapa dijual? Karena itu, calon pembeli tersebut menghadapi masalah informasi asimetris (asymmetric information).
  • 3)Terdapat kemungkinan terjadi kegagalan komunikasi. Meskipun setiap agen secara pribadi hanya menjumpai seorang wirausahawan super, masih terdapat kemungkinan bahwa wirausahawan tersebut bukanlah koordinator yang benar.
  • Pengetahuan ada batasnya. Meskipun kita menetapkan bahwa seluruh perekonomian mempunyai akses terhadap teknologi modern, hal ini tidak berarti bahwa seorang individu dapat memperoleh pengetahuan yang cukup untuk melakukan industrialisasi (atau bahkan mendapat pengetahuan yang memadai mengenai siapa yang harus dipekerjakan untuk melakukan industrialisasi). 

Cara untuk memberi dorongan besar dan mendukung ekspansi simultan pada sektor modern di banyak industri
  • Salah satu strategi untuk memecahkan masalah koordinasi adalah dengan berfokus pada kebijakan pemerintah yang mendorong pengembangan sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan (linkages) ke belakang maupun ke depan. Hal ini dapat diwujudkan melalui subsidi atau bantuan silang bagi industri domestik agar memasuki sektor-sektor kunci, seperti yang berhasil dilakukan di Korea Selatan; atau diwujudkan dalam bentuk insentif untuk berbagai perusahaan multinasional agar memasuki sektor-sektor kunci dan memberikan pelatihan lanjutan seperti kebijakan di Singapura; atau dengan mendirikan berbagai perusahaan publik penting untuk bertindak sebagai pelopor di suatu industri, seperti di Korea Selatan dan Taiwan.
  • Teori keterkaitan menekankan bahwa jika industri-industri tertentu di bangun lebih dahulu, interkoneksinya (atau keterkaitannya) dengan sektor lain akan memicu atau paling tidak akan membantu pembangunan industri baru.
  • Contoh: Ketika manufaktur mesin tenun listrik berkembang dan akibatnya harga mesin tenun listrik menurun, akan terdapat efek keterkaitan ke depan karena meningkatnya outpun kain tenun yang dibuat oleh mesin tenun listrik. Ketika kenaikan permintaan bahan kimia yang digunakan dalam manufaktur tekstil menyebabkan ekspansi dalam industri kimia, sehingga industri tersebut dapat berproduksi dalam skala yang lebih besar dan karenanya menurunkan biaya, keterkaitan ke belakang tercipta.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar